Hampir selama tujuh bulan saya berada dalam kesedihan mendalam. Bagaimana tidak, majikan tempat saya bekerja, sangat tidak baik. Keras, judes, salah sedikit 'ngamuk', dan banyak lagi sifat yang sesungguhnya seringkali membuat hati ini miris. Saya tidak menyangka jika bekerja di luar negeri ternyata tidak seperti yang saya duga sebelumnya. Minimal itu yang terjadi pada diri saya.
Namun, Alhamdulillah, sedikit demi sedikit saya bisa banyak belajar menghadapi keadaan ini. Ada hal lain yang ternyata lebih menyedihkan saya mengenai perlakuan majikan. Sesuatu yang berhubungan dengan sejauh mana kekuatan keimanan saya selama ini.
Kami bekerja lima orang. Semua dari Indonesia. Sayalah orang yang paling baru. Jadi, jika ada apa-apa saya harus menurut pada mereka yang sudah senior. Termasuk masalah makanan sehari-hari. Kami berlima masak sendiri. Yang menjadikan saya sedih adalah bahan-bahan yang kami makan ternyata sesuatu yang diambil dari tempat kerja kami. Dan itu tanpa sepengetahuan sang majikan. Jika majikan tahu, entah apa yang terjadi pada kami.
Namun, Alhamdulillah, sedikit demi sedikit saya bisa banyak belajar menghadapi keadaan ini. Ada hal lain yang ternyata lebih menyedihkan saya mengenai perlakuan majikan. Sesuatu yang berhubungan dengan sejauh mana kekuatan keimanan saya selama ini.
Kami bekerja lima orang. Semua dari Indonesia. Sayalah orang yang paling baru. Jadi, jika ada apa-apa saya harus menurut pada mereka yang sudah senior. Termasuk masalah makanan sehari-hari. Kami berlima masak sendiri. Yang menjadikan saya sedih adalah bahan-bahan yang kami makan ternyata sesuatu yang diambil dari tempat kerja kami. Dan itu tanpa sepengetahuan sang majikan. Jika majikan tahu, entah apa yang terjadi pada kami.
Bertahun-tahun saya belajar agama. Bertahun-tahun saya bergaul dengan mereka-mereka yang sangat taat dengan aturan Allah. Jadi sedikit banyak saya tahu tentang halal, haram dan tentu juga syubhat. Mengalami keadaan yang seperti ini, tentu hati saya sangat berontak. Retak.
Tapi mau bagaimana, saya tidak bisa melawan kawan-kawan yang sudah lama. Ingin sekali pindah, namun tak mudah, sebab ini bukan negeri sendiri. Ingin pulang kampung, dan itu juga lebih parah, sebab saya ingat betapa susah proses untuk bisa bekerja di luar negri. Di samping biayanya mahal, ada banyak liku-liku yang saya alami dengan PJTKI di sana.
Akhirnya, setiap hari saya selalu berada dalam kebingungan dan kesedihan. Saking bingungnya, saya menulis banyak email kepada seorang penulis yang tulisannya sering saya baca di rubrik oase iman ini. Saya mohon kepadanya untuk didoakan agar saya bisa keluar dari jerat syubhat ini.
Suatu hari menjelang datangnya bulan Ramadhan yang penuh berkah, terjadi sebuah peristiwa yang menimpa diri saya. Minuman yang saya buat, untuk dijual ke konsumen, tercemar minyak solar. Konsumen itu mengadu kepada kami. Kami mencoba untuk mengatasi hal ini, tapi ternyata terdengar majikan. Tanpa kompromi lagi, saya dimarahi habis-habisan. Hari itu juga tempat kerja saya dipindah. Semua alat untuk membuat minuman dibawa semua. Saya tidak lagi bekerja bersama empat kawan saya. Saya bekerja sendiri dari pagi sampai petang tidak ada yang menemani. Kecuali pelototan mata majikan yang sangat tidak bersahabat.
Seperti dipenjara, hari-hari saya bekerja dikelilingi tembok yang membatasi dengan dunia luar. Semua masalah saya hadapi sendiri. Tidak seperti ketika kami masih berlima. Kesedihan itu datang lagi.
Namun, setelah saya renungkan, ternyata ini adalah sebuah pertolongan besar dari Allah SWT. Karena, walaupun saya diasingkan, ternyata saya justru dapat menghindari makanan tidak halal selama ini. Yang jika boleh saya katakan adalah hasil curian milik majikan. Saya mendapat jatah makanan dari majikan, walaupun kadang sisa-sisa makanan keluarga mereka. Tapi sungguh ini jauh lebih baik. Yang terpenting ada kehalalan di dalamnya. Dan yang paling mengharukan, saya bisa shalat berjamaah tarawih di masjid, sedang teman-teman yang lain terikat dengan order kerja yang sangat banyak.
Duh, Allah.., di awal Ramadhan kemarin, saya akhirnya meyakini, ternyata kepedihan yang menimpa bukan sekedar perih dan nyeri tapi jauh lebih dari itu, sebuah anugerah, sebuah pertolongan. Bahwa Allah ternyata sayang pada hambanya, bahwa Allah tidak rela keberkahan Ramadhan ternodai dengan ketidakhalalan dan Ia memberikan sebuah solusinya. Allah Maha Besar!
***
woyo72@yahoo.com
Suswoyo