Seorang laki-laki yang hendak menikah harus memilih wanita yang shalihah, demikian pula wanita harus memilih laki-laki yang shalih. Dengan begitu hubungan yang terjalin didalam rumah tangga akan berjalan harmonis sesuai dengan tuntutan agama. Bagaimana mengenali cirri-ciri wanita sholeha yang pantas untuk dinikahi ? yuk kita coba untuk mengupasnya. !!!
Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih, dan penjelasan para ulama bahwa di antara ciri-ciri wanita shalihah ialah :
فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ
“…Maka perempuan-perempuan yang shalihah adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka)…” [An-Nisaa’ : 34]
Lafazh قَانِتَاتٌ dijelaskan oleh Qatadah, artinya wanita yang taat kepada Allah dan taat kepada suaminya.[3]
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: اَلدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ.
“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” [4]
Dalam hadits yang lain, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُ النِّسَاءِ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا وَتُطِيْعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلاَ تُخَالِفُهُ فِيْ نَفْسِهَا وَلاَ مَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ.
“Sebaik-baik wanita adalah yang menyenangkan suami apabila ia melihatnya, mentaati apabila suami menyuruhnya, dan tidak menyelisihi atas diri dan hartanya dengan apa yang tidak disukai suaminya.” [5]
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ: اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيْءُ، وَأَرْبَعٌ مِنَ الشَّقَاوَةِ: اَلْجَارُ السُّوْءُ، وَالْمَرْأَةُ السُّوْءُ، وَالْمَسْكَنُ الضَّيِّقُ، وَالْمَرْكَبُ السُّوْءُ.
“Empat hal yang merupakan kebahagiaan; isteri yang shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang baik, dan kendaraan yang nyaman. Dan empat hal yang merupakan kesengsaraan; tetangga yang jahat, isteri yang buruk, tempat tinggal yang sempit, dan kendaraan yang jelek.”
Berdasarkan dalil Al-Quran dan sunnah diatas maka ciri-ciri wanita sholeha dapat terlihat diantaranya :
1. Taat kepada Allah dan taat kepada Rasul-Nya,
2. Taat kepada suami dan menjaga kehormatannya di saat suami ada atau tidak ada serta menjaga harta suaminya,
3. Menjaga shalat yang lima waktu,
4. Melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan,
5. Memakai jilbab yang menutup seluruh auratnya dan tidak untuk pamer kecantikan (tabarruj) seperti wanita Jahiliyyah. [7]
6. Berakhlak mulia,
7. Selalu menjaga lisannya,
8. Tidak berbincang-bincang dan berdua-duaan dengan laki-laki yang bukan mahramnya karena yang ke-tiganya adalah syaitan,
9. Tidak menerima tamu yang tidak disukai oleh suaminya,
10. Taat kepada kedua orang tua dalam kebaikan,
11. Berbuat baik kepada tetangganya sesuai dengan syari’at.
Apabila kriteria ini dipenuhi -insya Allah- rumah tangga yang Islami akan terwujud.
Sebagai tambahan, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan untuk memilih wanita yang subur (banyak keturunannya) dan penyayang agar dapat melahirkan generasi penerus ummat.
Sumber : www.muslimahzone.com
Astaghfirullah…6 Hal yang Diharamkan Rasulullah, Kini Sering Dilakukan Oleh Ummatnya
Bacaan Muslimah - Melalui hadits-hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan hal-hal yang diharamkan sekaligus mengabarkan bahwa perkara-perkara haram tersebut akan dianggap halal oleh sebagian umatnya.
Dan kini, prediksi Rasulullah tersebut mulai terbukti. Enam hal yang dulu diharamkan Rasulullah ini, sekarang banyak dianggap biasa.
لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِى أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ
“Sungguh akan ada dari umatku segolongan orang yang menghalalkan perzinaan, kain sutra (bagi laki-laki), khamr dan alat musik” (HR. Bukhari)
اِنَّمَا نَهَيْتُ عَنْ صَوْتَيْنِ أَحْمَقَيْنِ فَاجِرَيْنِ صَوْتُ مِزْمَارٍ عِنْدَ نِعْمَةٍ وَ صَوْتُ رَنَّةٍ عِنْدَ مُصِيْبَةٍ
“Sesungguhnya aku melarang dua suara yang paling bodoh dan keji, yakni suara seruling ketika sedang mendapat nikmat dan suara tangis yang keras ketika mendapat musibah” (HR. Tirmidzi dan Baihaqi; hasan)
Enam hal yang diharamkan Rasulullah dan kini mulai dianggap biasa oleh sekelompok orang adalah:
1. Perzinaan
Al Hir artinya adalah kemaluan wanita. Maksudnya, perzinaan. Perzinaan merupakan hal yang haram, bahkan mendekatinya pun dilarang. Namun di zaman sekarang, perzinaan dikemas dengan berbagai nama.
Yang personal disebut selingkuh dan menjadi salah satu fenomena yang semakin mudah dibaca di berita-berita. Ada juga perzinaan yang difasilitasi dengan sebutan “komersial” dan difaslitasi dengan tempat mulai yang semi permanen hingga hotel berbintang.
2. Kain sutera bagi laki-laki
Laki-laki diharamkan memakai sutra. Namun tidak sedikit orang yang tidak mengetahui larangan ini dan tidak sedikit pula kaum laki-laki yang melanggarnya. Dengan alasan, sutra adalah kain yang menggambarkan kelas pemakainya.
3. Khamr
Khamr alias minuman keras kini juga dikemas dengan berbagai nama yang mentereng. Selain itu, di sejumlah tempat –termasuk di Indonesia- peredaran dan penjualan khamr juga dilegalkan. Seakan-akan khamr adalah sesuatu yang halal.
4. Alat musik
Ini yang paling banyak dianggap biasa oleh banyak umat Islam. Berbagai jenis musik kini tersedia dan setiap hari diputar di televisi, radio, juga alat audio yang lain.
Secara rinci, Syaikh Yusuf Qardhawi memiliki penjelasan terkait musik atau nyanyian apa yang diharamkan dan yang bisa ditolerir kebolehannya. Misalnya musik yang bernada syahwat, membuat orang berjoget dan syairnya bathil, maka itu jelas haram. Sedangkan lagu-lagu atau nasyid yang menyemangati perjuangan dan berisi seruan dakwah, maka yang demikian dibolehkan.
5. Seruling
Ini lebih khusus dari sekedar alat musik. Suara seruling secara khusus disebutkan Rasulullah sebagai hal yang diharamkan sehingga tidak ada ulama’ terpercaya yang membolehkannya.
6. Tangisan keras saat musibah
Boleh berduka dan menangis saat tertimpa musibah, namun tidak diperbolehkan tangisan yang keras alias meraung-raung. Namun di zaman sekarang, tangisan keras seperti itu sering terjadi pada orang yang ditimpa musibah.
Wallahu a’lam bish shawab. Semoga kita tidak pernah melakkukan hal-hal tersebut dan jikalau pun pernah kita bisa bertaubat memohon ampunan Allah SWWT.
Sumber : www.medi4online.blogspot.com
Mencintai Rasulullah ??? Teladani Sifatnya Sebagai Pendengar Setia
Sepercik Hikmah - Sebagai seorang pengemban dakwah, seorang Muslim tentu ingin pesan dakwah yang ia sampakan dapat didengar dan diikuti oleh orang lain, apalagi pesan itu adalah kalimat-kalimat Allah dan Rasul-Nya. Namun sayangnya, seringkali hal itu tidak dapat terpenuhi dikarenakan komunikasi yang tidak tepat dalam menyampaikan. Maka mulailah untuk memperbaiki cara menyampaikan dakwah kita.
Salah satu cara agar perkataan kita didengar adalah dengan menjadi pendengar yang baik. Mengapa? Karena sesungguhnya mayoritas manusia lebih mengutamakan seorang pendengar yang baik daripada seorang pembicara yang baik. Allah menciptakan satu lisan dan dua telinga agar kita lebih banyak mendengar daripada berbicara. Mendengar dengan baik adalah sebuah upaya yang serius untuk memahami kebenaran dan perasaan yang tersembunyi dalam sebuah ucapan.
Seorang bijak pernah berkata, “Agar Anda menjadi orang penting, maka jadilah orang yang merasa bahwa pembicaraan orang lain itu penting (memerhatikan).”
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam adalah manusia yang paling baik dalam mendengar. Ya, beliau adalah pendengar yang baik. Ketika datang seorang wanita tua kepada beliau, beliau mendengarkannya dengan penuh perhatian. Dan ketika datang pula kepadanya seorang anak perempuan, memegang tangan beliau dan mengajaknya berbicara, beliau pun mendengarkannya dengan seksama. Bahkan beliau selalu menghadapkan badannya kepada lawan bicaranya sehingga mereka merasa diperhatikan. Rasulullah benar-benar mendapat tempat yang istimewa di hati para sahabatnya.
Diriwayatkan dalam sebuah hadits bahwa Atabah bin al-Walid, ketika duduk di samping Rasulullahshalallahu ‘alaihi wassalam, beliau berkata,
“Wahai Abul Walid, katakan apa yang hendak engkau ucapkan.” Kemudian Atabah berkata, “Dia tidak mengucapkan apa pun hingga ketika aku selesai dari ucapanku.” Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bertanya, “Apakah engkau sudah selesai?” Ia menjawab, “Sudah.” Rasulullahshalallahu ‘alaihi wassalam pun melanjutkan, ” Maka dengarkanlah apa yang aku ucapkan.”
Dari kisah tersebut kita dapat mengambil pelajaran berharga dalam berbicara. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam menjadi teladan bahwa beliau bukan hanya menjadi pendengar yang baik tetapi juga tidak memotong pembicaraan orang lain. Beliau mempersilakan orang lain menyelesaikan pembicaraannya hingga tuntas baru kemudian beliau menyampaikan apa yang beliau ingin sampaikan. Ini merupakan akhlak mulia yang seharusnya kita tiru karena merupakan bentuk penghargaan yang baik kepada orang lain.
Mendengarlah dengan keseluruhan jasad kita, hadirkan diri dengan sepenuh hati bukan dengan terpaksa dan berikanlah respon terbaik.