Medianda – Sahabat media Betapa Allah SWT sangat menjaga seorang wanita. Seperti aturan menutup tubuh saja sudah dibedakan dari lelaki. Ini tentu saja untuk menjaga fitnah bagi kaum wanita. Maklum, berbeda dengan lelaki, setiap lekuk tubuh wanita berpotensi mengundang syahwat kaum lain jenis. Termasuk juga di kepalanya. Jika tidak pandai-pandai mendalami dan memahami agama, mungkin kepala wanita bisa menjadi sumber dosa. Kenapa?Berikut penjelasannya:
1. Tidak bertudung (menutup aurat)
Allah berfirman, yang artinya: “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min:” Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka “. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang. “(QS. Al-Ahzab: 59).
Allah Ta’ala juga berfirman, yang artinya: “Katakanlah kepada wanita yang beriman:” Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kema-luannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. “(QS. An Nuur: 24) .2. Menyambung rambut / memakai sanggul.
Dari Asma ‘binti Abi Bakr, ada seorang perempuan yang menghadap Rasulullah shallallahu’ alaihi wa sallam lalu berkata, “Telah kunikahkan anak gadisku setelah itu dia sakit sehingga semua rambut kepalanya gugur dan suaminya memintaku segera mempertemukannya dengan anak gadisku, apakah aku boleh menyambung rambut kepalanya . Rasulullah lantas melaknat perempuan yang menyambung rambut dan perempuan yang meminta agar rambutnya disambung “(HR Bukhari no 5591 dan Muslim no 2122).
3. Mewarna / menggilap rambut dengan warna hitam
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’ anhuma berkata, bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada akhir zaman nanti akan muncul suatu kaum yang menggilap dengan warna hitam seperti tembolok merpati. Mereka itu tidak akan mencium bau syurga. “(HR. Abu Daud, An Nasa’i, Ibnu Hibban dalam shahihnya, dan Al Hakim. Al Hakim mengatakan bahawa sanad hadis ini sahih. Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib mengatakan bahawa hadis ini sahih).
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Pada hari penaklukan Mekah, Abu Quhafah (ayah Abu Bakar) datang dalam keadaan kepala dan janggutnya telah memutih (seperti kapas, artinya beliau telah beruban). Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ubahlah uban ini dengan sesuatu, tetapi hindarilah warna hitam.” (HR. Muslim).
4. Mencabut uban
Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari datuknya berkata bahawa Rasulullah shallallahu’ alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah mencabut uban. Tidaklah seorang muslim yang beruban dalam Islam walaupun sehelai, melainkan uban tersebut akan menjadi cahaya baginya pada hari kiamat nanti. “(HR. Abu Daud dan An Nasa’i. Syaikh Al Albani dalam Al Jami ‘Ash Shagir mengatakan bahawa hadis ini sahih).
5. Memakai bulu mata palsu
Fatwa: “… Menurut hemat saya, tidak boleh memasang bulu mata buatan (palsu) pada kedua matanya, karena hal tersebut sama dengan memasang rambut palsu, dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melaknat wanita yang memasang dan yang minta dipasangkan rambut palsu. Jika Nabi telah melarang menyambungkan rambut dengan rambut lain (memasang rambut palsu) maka memasang bulu mata pun tidak boleh.
Juga tidak boleh memasang bulu mata palsu karena alasan bulu mata yang asli tidak lentik atau pendek. Sepatutnya seorang wanita muslimah menerima dengan penuh kerelaan sesuatu yang telah ditakdirkan Allah dan tidak perlu melakukan tipu daya atau memanipulasikan kecantikan, sehingga kelihatan kepada sesuatu yang tidak dimilikinya, seperti mempunyai pakaian yang tidak patut dipakai oleh seorang wanita muslimah … “(Disampaikan oleh Syaikh Abdullah Bin Abdurrahman al-Jibrin. Sumber: Fatwa-Fatwa Terkini jilid 3, hal.80-81 cet, Darul Haq, Jakarta.)
6. Bersolek/berhias
Allah Azza wa Jalla berfirman, yang artinya: “Dan janganlah kalian (para wanita) bertabarruj (keluar rumah dengan berhias dan bertingkah laku) seperti (kebiasaan) wanita-wanita Jahiliyah yang dahulu” [al-Ahzaab: 33].
7. Merenggangkan / mengikir gigi
Dari Ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan, Rasulullah shallallahu’ alaihi wa sallam melarang orang mencukur kening, mengkikir gigi, menyambung rambut dan bertatu, kecuali karena penyakit. (HR. Ahmad 3945 dan sanadnya dinilai kuat oleh Syuaib Al-Arnaut).
Dari ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan, “Semoga Allah melaknat orang yang bertatu, yang minta ditato, yang mencabut kening, yang minta dikikis kening, yang merenggangkan gigi, untuk memperindah penampilan, yang mengubah ciptaan Allah. (HR. Bukhari 4886).
8. Membuat tatu
Dari Ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan, Rasulullah shallallahu’ alaihi wa sallam melarang orang mencukur kening, mengkikir gigi, menyambung rambut dan bertatu, kecuali karena penyakit. (HR. Ahmad 3945 dan sanadnya dinilai kuat oleh Syuaib Al-Arnaut).
9. Memakai tudung yang tidak memenuhi syarat hijab
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bahkan telah memperingatkan kita dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah:
“Ada dua golongan penghuni Neraka yang belum pernah aku lihat sebelumnya, yaitu suatu kaum yang membawa cambuk seperti ekor-ekor lembu betina yang mereka pakai untuk mencambuk manusia; wanita-wanita yang berpakaian (tetapi) telanjang, yang kalau berjalan berlenggak-lenggokmenggoyang- goyangkan kepalanya lagi durhaka (tidak ta’at), kepalanya seperti punuk-punuk unta yang meliuk-liuk. Mereka tidak akan masuk Syurga dan tidak dapat mencium bau wanginya, padahal bau wanginya itu sudah tercium dari jarak sekian dan sekian. “(Hadits shahih. Riwayat Muslim (no. 2128) dan Ahmad (no. 8673).
10. Memakai rambut palsu
Memakai rambut palsu hukumnya haram, sebab termasuk al-‘wasl’ yaitu menyambung rambut yang diharamkan. (Fatwa asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah). Seandainya tidak dianggap al-‘wasl’, maka rambut palsu itu menampakkan rambut si wanita lebih panjang daripada yang sebenarnya sehingga menyerupai al-‘wasl’. Padahal wanita yang melakukannya dilaknat sebagaimana disebutkan oleh hadits: “Allah melaknat wanita yang menyambung rambutnya dan minta disambungkan rambutnya.” (HR. al-Bukhari no. 5941, 5926 dan Muslim no. 5530). (Fatwa asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah).
Perbuatan al-‘wasl’ ini diharamkan, sama saja jika si wanita melakukannya dengan izin suami atau tidak, karena perbuatan haram tidak berkaitan dengan izin dan redha.
11. Mencukur rambut menyerupai lelaki atau wanita kafir
Potongan yang menyerupai potongan lelaki maka hukumnya haram dan dosa besar, sebab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kaum wanita yang menyerupai kaum lelaki. Sebagaimana disebutkan dalam hadis, dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma, bahwa beliau berkata: “Rasulullah shallallahu’ alaihi wa sallam melaknat kaum lelaki yang menyerupai wanita dan para wanita yang menyerupai lelaki.” (Hr Bukhari)
Potongan yang menyerupai potongan seperti wanita kafir, maka hukumnya juga haram, karena tidak boleh menyerupai orang-orang kafir. Sebagaimana disebutkan dalam hadis dari Ibn Umar radliallahu ‘anhuma bahwa Nabi shallallahu’ alaihi wa sallam bersabda:
“Siapa yang meniru-niru (kebiasaan) suatu kaum maka dia termasuk kaum tersebut” (Hr Abu Daud, dan dishahihkan al-Albani)
12. Mencukur / mencabut bulu kening
Dari Ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan, Rasulullah shallallahu’ alaihi wa sallam melarang orang mencukur kening, mengkikir gigi, menyambung rambut dan bertatu, kecuali karena penyakit. (HR. Ahmad 3945 dan sanadnya dinilai kuat oleh Syuaib Al-Arnaut).
Dari ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan, “Semoga Allah melaknat orang yang bertatu, yang minta ditato, yang mencabut kening, yang minta dikikis kening, yang merenggangkan gigi, untuk memperindah penampilan, yang mengubah ciptaan Allah. (HR. Bukhari 4886).
13. Memakai contact lens berwarna untuk berhias
Syaikh Muhammad shalih Al-Munajjid hafidzahullah berkata: “… kanta kenalan berwana untuk perhiasan (untuk bergaya). Maka hukumnya sama dengan perhiasan, jika digunakan untuk berhias bagi suaminya maka tidak mengapa. Jika digunakan untuk yang lain maka hendaknya tidak menimbulkan fitnah. Dikehendaki juga tidak menimbulkan bahaya (misalnya iritasi dan alergi pada mata, pent) atau menimbulkan unsur penipuan dan kebohongan misalnya menampakkan pada laki-laki yang akan melamar. Dan juga tidak ada unsur mensia-siakan harta (israaf) karena Allah melarangnya. “
14. Pembedahan plastik untuk kecantikan
Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya, “Bagaimana hukum melaksanakan pembedahan kecantikan dan hukum mempelajari ilmu kecantikan?”
Jawapan beliau, “pembedahan kecantikan (plastik) ini ada dua jenis. Pertama, Pembedahan kecantikan untuk menghilangkan cacat akibat kemalangan atau yang lainnya. Pembedahan seperti ini boleh dilakukan, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberikan keizinan kepada seorang lelaki yang terpotong hidungnya dalam peperangan untuk membuat hidung palsu dari emas. Kedua, pembedahan yang dilakukan bukan untuk menghilangkan cacat, namun hanya untuk menambah kecantikan (supaya bertambah cantik). Pembedahan ini hukumnya haram, tidak boleh dilakukan, karena dalam sebuah hadis (disebutkan), ‘Rasulullah melaknat orang yang menyambung rambut, orang yang minta disambung rambutnya, orang yang membuat tatu, dan orang yang minta dibuatkan tatu.’ (HR Bukhari). (Fatawa Al-Mar’ah Al-Muslimah, hlm. 478-479). Sumber: Majalah As-Sunnah, edisi 5, tahun IX, 1426 H/2005 M.
15. Memakai kawat gigi untuk kecantikan / tabarruj
Syaikh Ibnu Utsaimin pernah ditanya, “Apa hukumnya memperbaiki gigi?” Syaikh menjawab, “Memperbaiki gigi ini dibahagikan kepada dua kategori:
Pertama, jika tujuannya supaya bertambah cantik atu indah, maka ini hukumnya haram. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita yang menata giginya agar kelihatan lebih indah yang merubah ciptaan Allah. Padahal seorang wanita memerlukan hal yang demikian untuk estetika (keindahan), dengan demikian seorang lelaki lebih layak dilarang daripada wanita.
Kedua, jika seseorang memperbaikinya karena ada kecacatan, tidak mengapa ia melakukannya. Sesetengah orang ada suatu kecacatan pada giginya, mungkin pada gigi serinya atau gigi yang lain. Cacat tersebut membuat orang merasa jijik untuk melihatnya. Keadaan yang demikian ini dibenarkan. Hal ini dikategorikan sebagai menghilangkan aib atau cacat bukan termasuk menambah kecantikan. Dalilnya, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan seorang lelaki yang hidungnya terpotong agar menggantikannya dengan hidung palsu dari emas, yang demikian ini termasuk menghilangkan cacat bukan bertujuan untuk mempercantik diri.
Sahabat medianda itulah penjelasan mengenai dosa yang hinggap dikepala wanita, semoga informasi diatas dapat menjadikan instropeksi anda semua. Semoga bermanfaat.
Sumber:Ukhtiindonesia.com