Medianda – Sahabat media Kisah tersebut mengenai seorang pemabuk bernama Bishir al-Hafi. Hafi seorang pecandu khamr, tiada hari ia lewatkan tanpa meminum barang haram itu, bermaksiat dan berfoya-foya. Dimana ada tempat maksiat, disitu Hafi mudah ditemui.
Sungguh Allah Ta’ala Maha Pengampun. Dia memberikan ampunan kepada siapa yang Dikehendaki-Nya. Dia melimpahkan maaf kepada hamba-hamba-Nya yang meminta, selama hamba-hamba tersebut tidak melakukan perbuatan mensekutukan sesuatu pun kepada-Nya.’’
Seperti laki-laki ini bernama Bishir a-Hafi. Al-Hafi bermakna orang yang tidak memakai alas kaki. Dia adalah merupakan peminum khamr, suka berfoya-foya, dan menghabiskan waktu di tempat-tempat maksiat.
Baca juga Hanya 7 menit sejuta pahala hanya dengan amalan ini
Suatu hari, di tengah ketidaksadarannya yang disebabkan minum khamr, dia melihat sebuah kertas bertuliskan basmalah, Bismillahirrahmanirrahiim. Bishir pun memungutnya. Setelah itu, dia mengolesi kertas itu dengan wewangian dan disimpan dengan sangat baik. Dengan penghormatan sepenuh hati.
Pada malam harinya, sebagaimana dikisahkan oleh Ustadz Saief Alemdar, ada seorang alim yang bermimpi. Di dalam mimpinya, Allah Ta’ala memerintahkan kepadanya agar menyampaikan kepada Bishir. Adalah kalimat, “”Engkau telah mengharumkan nama-Ku, maka Aku pun telah mengharumkan dirimu. Engkau telah memuliakan nama-Ku, maka Aku pun telah memuliakan dirimu. Engkau telah mensucikan nama-Ku, maka Aku pun telah mensucikan dirimu. Demi kebesaran-Ku, niscaya Ku-harumkan namamu, baik di dunia maupun di akhirat nanti.”
Sang alim pun terbangun. Ia tidak percaya. Mustahil mimpi itu benar, mengingat dia mengetahui siapa si Bishir.
Sang alim lantas bergegas bangun. Mengambil air wudhu. Shalat dua rakaat dan kembali membaringkan tubuhnya. Tidur.
Tidak disangka, mimpi itu terulang. Sang alim kembali bangun, wudhu, shalat, lalu tidur lagi. Terus begitu. Tapi dia tetap mendapatkan mimpi yang sama.
Maka di pagi hari, sang alim bergegas mencari Bishir. Dia ditemui di sebuah kafe. Sedang menikmati khamr.
Sang shalih meminta waktu dan menyampaikan perihal mimpinya kepada Bishir. Ia mendengarkan dengan cermat, lalu mendatangi teman-temannya seraya berkata, “Aku sudah dipanggil. Aku akan meninggalkan tempat ini. Kalian tidak akan pernah bertemu denganku lagi.”
Setelah itu, Bishir berubah. Dia mendapatkan hidayah dan dikenal sebagai orang shalih di masanya. Tatkala hari wafatnya, kaum Muslimin berbondong-bondong untuk menshalati. Gelombang manusia berdatangan. Tidak berhenti dari Subuh sampai Maghrib. Selama berhari-hari.
Dalam masa hidupnya, Imam Bishir pernah bermimpi bertemu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam. Sang Nabi bertanya, “Mengapa engkau mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi dari orang-orang yang semasa denganmu?”
Jawab Bishir, “Tidak tahu, wahai Rasulullah.”
Nabi menjelaskan, “Karena kamu mengikuti sunnahku, kamu berbakti pada orang-orang shalih, kamu memberi nasehat kepada sesama, dan karena cintamu kepadaku, keluargaku serta sahabatku”
Kisah ini selayaknya menjadi pelajaran amat berharga. Agar kita tidak meremehkan amal shalih, meski terlihat kecil dan tiada bergengsi sedikit pun. Kisah ini menjadi bukti, betapa hanya dengan amalan kecil bermodal minyak wangi dan perlakuannya kepada sebuah kertas, dia diberi hidayah hingga menjadi orang shalih dan bermimpi bertemu Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam. Wallahu a’lam.
Semoga kisah diatas dapat bermanfaat.Aamiin
Sumber:Kisahhikmah.com