Medianda – Sahabat medianda Tidak ada satupun orang yang tau kelak akan berjodoh dengan siapa, sebab jodoh adalah rahasia Allah Swt. Terkadang ada yang jodoh datangnya sangat cepat adapula yang sebaliknya. Sebuah video pernikahan sepasang kekasih di Kabupaten Madiun mendadak menjadi viral.
Yang membuat video ini menjadi viral, karena jarak usia pasangan yang baru saja menikah ini sangat berbeda. Mempelai wanita bernama Tampi berusia 67 tahun. Tampi lahir di Madiun pada 18 Januari 1950.
Sementara, usia mempelai pria atau suaminya yang bernama Rokim baru berusia sekitar 24 tahun, kurang dari separo usia mempelai wanita. Ditemui di rumah kepala dusun setempat, pasangan beda usia ini tampak bahagia. Keduanya tampak malu-malu saat ditanya perihal pernikahan mereka.
Rokim mengaku sudah mengenal Tampi sejak sekitar delapan tahun yang lalu. Hingga akhirnya, seminggu yang lalu dia memberanikan diri untuk melamar wanita pujaannya. “Saya kasihan, bu Tampi hidup sendirian di rumahnya,” kata pria yang tidak tamat Sekolah Dasar (SD) saat ditemui, Jumat (17/3/2017) lalu.
Pria kelahiran Nganjuk 10 Juni 1993 ini mengaku merasa iba melihat kehidupan Tampi. Sehari-hari usai bekerja sebagai buruh serabutan, Rokim selalu menyempatkan waktu untuk main ke rumah Tampi. Berawal dari rasa iba dan kasihan, lama-lama Rokim jatuh cinta dengan Tampi. Apalagi, Tampi juga selalu perhatian dengan Rokim.
“Dia orangnya baik,” kata anak nomor tiga dari lima bersaudara ini. Rokim mengatakan Tampi adalah cinta pertama dan terakhirnya. Karena, Rokim mengaku belum pernah berpacaran atau menjalin hubungan asmara dengan wanita selain Tampi. Meski menikah dengan wanita yang usianya terpaut sangat jauh dengannya, Rokim merasa tidak malu. Karena, menurutnya usia bukanlah penghalang untuk saling mencintai.
Senada juga dikatakan Tampi, wanita yang dinikahi Rokim pada Rabu (15/3/2017) lalu. Janda yang belum memiliki anak ini mengaku sangat bahagia. Tampi yang pernah menikah saat berusia 14 tahun dan bercerai setahun kemudian ini tidak menyangka jika Rokim serius ingin menikahinya.
“Saya kaget, waktu ke rumah, dia mengatakan akan melamar saya kepada adik saya,” katanya. Ia sempat menganggap cerita adiknya kepada dirinya soal rencana Rokim untuk melamarnya hanya sekadar guyon. Karena, selain usianya sudah sangat tua, dirinya juga sudah berstatus janda.
Selang beberapa hari kemudian, ternyata benar yang diceritakan adiknya kepadanya Rokim beserta keluarganya mendatangi rumahnya dan melamarnya. Hingga akhirnya pada Rabu (15/3/2017) keduanya melangsungkan pernikahan secara sederhana dengan memanggil penghulu ke rumahnya di RT 9 RW 2 Dusun Petung, Desa Nampu, Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun.
Ia menceritakan, ada kejadian lucu saat proses ijab berlangsung. Rokim yang belum paham tata cara pernikahan, tidak membawa mahar pernikahan, lazimnya dalam sebuah prosesi pernikahan. Saat penghulu menanyakan mas kawin atau mahar pernikahan, Tampi menyerahkan selembar uang Rp 50 ribu.
“Jadi dilamar pakai uang Rp 50 ribu,” katanya sambil tertawa. Keduanya kini menjalani hidup serumah di sebuah rumah yang sangat sederhana. Keduanya sempat mengajak untuk melihat kondisi rumah mereka. Rumah Tampi sangatlah sederhana, bahkan bisa dikatakan tidak layak. Dinding rumah bagian depan, terbuat dari kayu triplek.
Sahabat medianda sementara di bagian belakang rumah, dinding terbuat dari potongan kayu papan yang disusun.Bagian belakang rumah difungsikan sebagai dapur sekaligus kandang kambing. Seluruh lantai rumah Tampi yang kini ditempati bersama suami barunya, berlantaikan tanah. Tidak ada perabot mewah di dalam rumah Tampi. Hanya ada satu lemari kayu, dan kasur kapuk tipis berukuran sekitar 2×1 meter yang digelar di lantai tanpa dipan atau ranjang. Tak ada peralatan elektornik, semisal tv ataupun kulkas. Bahkan untuk memasak mereka menggunakan tungku dengan bahan bakar kayu bakar.
“Listrik rumah ini saja masih nyambung dari rumah sebelah. Belum pasang listrik sendiri,” katanya.
Sehari-hari Rokim bekerja sebagai buruh serabutan dengan penghasilan Rp 50 ribu hingga Rp 95 ribu.Sementara istrinya yang juga bekerja sebagai buruh dan tukang pijat ini, berpenghasilan Rp 30-40 ribu per hari. Meski keduanya hidup dalam kesederhanaan, namun keduanya tampak bahagia. Mereka tidak memiliki banyak keinginan, selain dapat hidup bersama hingga maut memisahkan ajal mereka.
Sumber:Beradab