Hujan meteor dan hilangnya Merkurius akan menjadi fenomena langit sepanjang Mei mendatang. Fenomena ini menjadi pertunjukan alam yang menarik untuk disaksikan saat penerapan Pembatasan Sektor Berskala Besar (PSBB).
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan Komunitas Astronomi, Langit Selatan membagikan beberapa fenomena langit yang bisa disaksikan sepanjang Mei.
1. Konjungsi Superior Merkurius, 5 Mei
Merkurius akan berpapasan dekat dengan Matahari di langit. Hal ini akan membuat planet menghilang dan tidak akan tampak bagi pengamat di Bumi. Situs Langit Selatan mengatakan pada saat konjungsi superior, Matahari berada di antara Merkurius dan Bumi.
Ketika Merkurius sedang berada pada posisi terjauhnya dari Bumi, ia akan berada pada jarak 1,32 AU dari Bumi. Jika Merkurius bisa diamati, maka planet ini sangat redup dengan diameter piringan 5,1 detik busur.
Peristiwa konjungsi inferior Merkurius pada 5 Mei menandai akhir kenampakan planet ini kala fajar dan mulai bertransisi untuk hadir kala senja dalam beberapa minggu lagi.
2. Hujan Meteor Eta Aquariid, 5 Mei
Dimulai tanggal 19 April - 28 Mei, hujan meteor Eta Aquariid yang berasal dari sisa komet Halley akan mencapai puncak pada 5 Mei.
Hujan meteor tersebut akan tampak tampak datang dari rasi Aquarius dan bisa diamati setelah lewat tengah malam sampai jelang fajar, sekitar pukul 01:26 WIB.
Bulan sedang menuju purnama dan terbenam pukul 03:34 WIB. LAPAN mengatakan bulan purnama akan mengganggu penglihatan ke meteor. Sebagian besar aktivitas terlihat di belahan bumi selatan. Di Belahan Bumi Utara, angka ini dapat mencapai sekitar 30 meteor per jam.
Halley, yang telah dikenal dan diamati sejak zaman kuno. Hujan meteor
ini berlangsung setiap tahun dari 19 April hingga 28 Mei. Di malam puncak ini, pengamat bisa melihat 40 sampai 85 meteor yang berasal dari sisa komet Halley setiap jam dengan kecepatan 66,9 km/detik.
3. Bulan Purnama Supermoon, 7 Mei
Bulan akan terletak di belakang Bumi bila dilihat dari Matahari dan wajahnya akan sepenuhnya diterangi cahaya Matahari. Fase ini terjadi pada pukul 17:45 WIB.
Bulan purnama ini dikenal oleh suku-suku asli Amerika awal sebagai Bulan Bunga Penuh karena ini adalah waktu tahun ketika bunga musim semi muncul jumlah besar. Bulan ini juga dikenal sebagai Bulan Tanam Jagung Penuh dan Bulan Susu.
Fenomena ini juga yang terakhir dari empat Supermoon pada 2020. Bulan akan berada pada posisi terdekatnya ke Bumi dan mungkin terlihat sedikit lebih besar dan lebih terang dari biasanya.
4. Asteroid 388945 (2008 TZ3), 10 Mei
LAPAN mengatakan pada 10 Mei, asteroid 388945 (2008 TZ3) berdiameter 350 meter akan mendekati bumi. Asteroid akan melintas dengan jarak minimum 7,3 kali jarak Bumi-Matahari (2,8 juta km).
LAPAN mengatakan asteroid tersebut tak dapat diamati masyarakat awam yang tak memiliki teleskop besar.
Pada 10 Mei 2020, asteroid 388945 akan berada di sekitar rasi Vela (sebelah barat rasi 'layang-layang'). Diperlukan teleskop yang memiliki diameter lebih dari 20 centimeter.
Saat tengah malam, asteroid ini akan berada pada asensiorekta 10jam 02menit dan deklinasi -50,6 derajat.
"Asteroid-asteroid tersebut saat ini belum bisa diamati, kecuali pakai teleskop yang besar, seperti ATLAS," kata Koordinator Diseminasi Pusat Sains Antariksa LAPAN Bandung, Emanuel Sungging Mumpuni saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (29/4).
5. Bulan Baru, 22 Mei
LAPAN mengatakan bulan akan terletak di sisi Bumi yang sama dengan Matahari dan tidak akan terlihat di langit malam. Fase ini terjadi pada pukul 07:39 WIB.
Waktu ini adalah waktu terbaik dalam sebulan untuk mengamati benda-benda redup seperti galaksi dan gugusan bintang karena tidak ada cahaya bulan yang mengganggu. (jnp/eks)
sumber : https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200428154205-199-498121/supermoon-dan-hujan-meteor-jadi-teman-kala-psbb-sepanjang-mei