Ketua RT dan warga di Jalan Sungai Pangeran, Kecamatan Ilir Timur 1, Palembang mengusir enam perawat Rumah Sakit (RS) Siloam Sriwijaya Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), Sabtu 18 April 2020.
Setelah mendapat sorotan negatif, para pelaku meminta maaf. Hal ini diungkap Direktur Medik dan Pelayanan RS Siloam Sriwijaya Palembang, Anton Suwindro. Pihaknya bertemu dengan para pelaku, Senin 20 April 2020.
“Mereka akhirnya meminta maaf atas ketidaknyamanan ini. Kita meminta klarifikasi, ternyata mereka bilang tidak mengusir,” ujarnya.
Kejadian itu berawal saat oknum ketua RT dan warga meminta para perawat RS Siloam Sriwijaya Palembang memilih dua alternatif. Pertama jika ingin beraktivitas di luar kos, mereka tak diperbolehkan masuk kembali. Kedua, mereka meminta perawat mengisolasi mandiri selama 14 hari tanpa boleh keluar kos.
“Tapi karena yang datang itu hanya ketua RT dan lima orang warga, tidak didampingi pihak Babinsa, Bhabinkamtibmas atau puskesmas, jadi anak-anak (perawat) pada takut untuk keluar,” kata Anton.
Karena tidak boleh masuk ke kamar kos, ketua RT dan warga berteriak di depan rumah kos tersebut.
Ketua RT dan warga mengakui ada miskomunikasi. Yakni, cara penyampaian dan intonasi mereka tidak menyenangkan.
“Kasus itu sebenarnya sudah clear. Tapi ada yang menyebutkan bahwa info itu hoaks yang ditayangkan di media massa. Kami komplain dan mengajukan untuk mencabut berita hoaks tersebut,” ucapnya.
Dia pun menyayangkan ada stigma negatif terhadap tenaga medis, yang dilakukan oleh sejumlah warga. Jika mereka dibekali pengetahuan tentang Covid-19, kemungkinan pengusiran tersebut tidak akan terjadi di Kota Palembang.
Managemen RS Siloam Palembang awalnya melaporkan kasus ini ke Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang. Wakil Wali Kota (Wawako) Palembang Fitrianti Agustinda pun dengan cepat merespons.
Anton Suwindro juga meminta kepada Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Palembang, agar bisa memberikan informasi terkait berita pengusiran yang disebut hoaks, padahal benar terjadi.
“Saya juga meminta tolong ke camat. Jika ada pertemuan dengan pemerintah, tolong diusukan untuk ngedukasi ke masyarakat. Mulai dari tingkatan RT hingga camat,” katanya.
Dia menyebutkan, isolasi mandiri harus dibantu oleh warga sekitar, seperti menyiapkan kebutuhan makanan. Pasalnya, orang yang isolasi mandiri tidak bisa keluar rumah.