150 tenaga kesehatan (nakes) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ogan Ilir, Sumatera Selatan, menggelar aksi mogok kerja dan mendatangi kantor DPRD setempat. Sementara direktur rumah sakit menyebut para nakes itu mogok kerja karena takut merawat pasien COVID-19.
Ratusan tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter, perawat, bidan, analis, hingga sopir ambulans, mendatangi Komisi IV DPRD Ogan Ilir, untuk menyuarakan kendala yang mereka hadapi selama bertugas menghadapi wabah COVID-19.
Ketua Komisi IV DPRD Ogan Ilir, Rizal Mustafa, mengatakan kedatangan para tenaga kesehatan tersebut bertujuan meminta manajemen khususnya direktur RSUD dapat terbuka terkait pemberian fasilitas dalam menghadapi pasien virus corona ini.
"Karena beratnya tugas-tugas dalam penanganan penyakit menular ini, mereka (tenaga kesehatan) ini meminta perlindungan hukum dalam tugasnya serta fasilitas yang memadai," katanya, Senin (18/5).
Adapun tuntutan yang diajukan nakes tersebut, kata Rizal, meminta kelengkapan APD yang sesuai standar medis, dan rumah singgah untuk mereka tempati selama menangani pasien corona. Sebab, selama ini mereka takut pulang ke rumah.
"Mereka juga meminta tambahan vitamin serta tambahan insentif. Maka dari itu kita sudah meminta manajemen RSUD dan Bupati agar bisa menyelesaikan permasalahan ini," katanya.
Dikonfirmasi terpisah, Direktur RSUD Ogan Ilir, Roretta Arta Guna Riama, membantah pada tenaga kesehatan tersebut mogok kerja karena kurangnya APD dan tidak adanya insentif yang diberikan dari rumah sakit. Menurutnya, mereka justru takut menangani pasien corona.
"Tidak benar itu, APD kita memadai, semua fasilitas penunjang juga kita penuhi. Mereka itu memang takut merawat pasien corona," kata Direktur RSUD Ogan Ilir, Roretta Arta Guna Riama.
Hal yang sama juga terkait rumah singgah, menurutnya, manajemen rumah sakit sudah menyiapkan 35 kamar di kompleks DPRD Ogan Ilir agar bisa ditempati para tenaga kesehatan tersebut.
"Jadi kalau dibilang yang macam-macam itu tidak benar. Intinya mereka itu takut," katanya.
Sementara itu, juru bicara gugus tugas COVID-19 Sumsel, Yusri, menyayangkan adanya aksi mogok kerja oleh para tenaga kesehatan di Ogan Ilir tersebut. Padahal, RSUD Ogan ilir sendiri tidak ada merawat PDP maupun pasien positif COVID-19.
"Mereka yang mogok kerja ini kita tidak tahu seperti apa prinsipnya. Apalagi di sana (RSUD Ogan Ilir) belum ada merawat PDP apalagi positif, jadi dapat dikatakan kerja saja belum," katanya. (kumparan)