Tak terasa, puasa Ramadan telah kita jalani hingga hari ke-12. Dan jelang hari ke 17 Ramadan, umat muslim biasanya mengenang sejarah turunnya Al-Quran atau dikenal Nuzulul Quran dan mencari malam Lailatul Qadar.
Ustadz Hanan Attaki, Lc mengatakan, momen Nuzulul Qur'an ini memang selayaknya dijadikan satu renungan. Bahwa di bulan Ramadan, biasanya Rasulullah menambah porsi tilawah (membaca Al-Qur'an) dan murojaah (mengulang hafalan).
"Jika biasanya Jibril mendatangi Rasulullah untuk menyampaikan wahyu, pada bulan Ramadan Jibril datang untuk mereview hafalan dan murojaah," katanya, seperti dimuat di laman YouTube Emaan.
Ustaz yang dikenal dengan nama UHA tersebut juga menyampaikan, ketika Ramadan, Jibril turun dua kali untuk "tadarus" dengan Rasulullah. "Jibril baca, Rasul ikuti. Lalu Jibril menjelaskan makna dari ayat tersebut."
"Kita coba belajar kembali tentang kebiasaan Nabi. Apa sih yang dilakukan ketika tadarus. Apakah sekadar tilawah? Ternyata Nabi diminta untuk tartil (bahasa Arab: ترتيل) yang berarti membaca Al-Qur'an secara perlahan," ujar pendiri Komunitas Pemuda Hijrah yang berpusat di Bandung tersebut.
Membaca Al-qur'an dengan tajwid dan makhraj yang jelas dan benar ini dijelaskan dalam QS. Al-Qiyamah: 16, "Jangan engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk membaca Al-Qur'an) karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.”
Dalam tafsir Kemenag, disebutkan dalam ayat ini, Allah melarang Nabi Muhammad menggerakkan lidahnya untuk membaca Al-Qur'an dengan cepat-cepat karena ingin menguasainya. Dalam bahasa lain, Allah melarang Nabi saw menggerak-gerakkan lidah dan bibirnya untuk cepat-cepat menangkap bacaan Jibril karena takut bacaan itu luput dari ingatannya."
Hal ini terjadi ketika Surat Thaha turun, dan semenjak ada teguran Allah dalam ayat ke 16 ini, tentu beliau sudah tenang dalam menerima wahyu, dan tidak perlu cepat-cepat menangkapnya. Pada ayat lain terdapat maksud yang sama, yakni:
Maka Maha Tinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Qur'an sebelum selesai diwahyukan kepadamu, dan katakanlah, "Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku." (thaha/20: 114)
Allah melarang Nabi saw meniru bacaan Jibril kalimat demi kalimat sebelum selesai membacakannya, agar Nabi Muhammad dapat menghafal dan memahami dengan baik ayat yang diturunkan itu.
Surat paling panjang yang dihafal Rasul sekali dibacakan Jibril
Ustaz yang populer di kalangan anak muda ini pun mengungkapkan bahwa ada satu surat Al-Qur'an yang paling panjang dan turun sekaligus namun bisa dihafal Rasulullah.
"Ini bukti kalau Rasul itu pinter. Walaupun riwayat menyebutkan Rasul nggak bisa baca tulis tapi tren ketika itu memang mendengar dan menghafal. Ketika itu, orang belajar lewat riwayat dan dihafal. Jadi banyak hafalan," ujarnya.
Sewaktu surat ini baru diturunkan, Rasul pun membacanya di depan para sahabat. Ketika itu, Abdullah bin Mas'ud yang merupakan orang kepercayaan Rasulullah juga bisa menghafal dalam sekali bacaan.
"Dalam riwayat, bacaannya Abdullah ini persis Jibril. Tapi ketika dia bilang, 'Ya Rasul, saya bisa khatam Al Qur'an dalam sehari Kata Rasul, jangan. Dua hari khatam,? jangan. Tiga hari? baiklah tapi jangan khatam kurang dari tiga hari, karena khawatir bacaannya tidak sempat murojaah," katanya.
Sehingga, kata Ustaz Hanan Attaki, dalam hubungan dengan Alquran di bulan Ramadan ada sebaiknya untuk membuat target.
"Pertama, khatam. Misalnya sehari satu juz sehingga selama puasa ini kita bisa khatam. Yang kedua, pahami dan amalkan. Kalau ini dijalani, bisa jadi sebulan satu ayat. Namun ada contoh Umar bin Khatab, yang baru khatam Al Quran selama 12 tahun. Kok bisa lama? karena yang dia lakukan bukan sekadar tilawah tapi qiroah, mencoba memahami dan mengamalkan. sehingga 12 tahun semua ayat telah diamalkannya," pungkasnya.