Sulitnya mencari sinyal internet, sejumlah siswa di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terpaksa naik bukit saat mengerjakan tugas sekolah. Salah satunya Alodia Daffa Sinanta, siswa SMP warga Dusun Petir B, Desa Petir. "Ya capek, karena harus membawa buku banyak terus naik gunung. Apalagi saat puasa seperti saat ini," ucap Alodia.
Ayah Alodia, Warisna, mengatakan, sejak wabah corona, pihak sekolah menerapkan belajar di rumah. Materi dan tugas sekolah pun disampaikan secara online. Hal itu membuat 21 siswa SD hingga SMA di Dusun Petir B harus mendaki Gunung Temulawak setiap kali mengirimkan tugas ke gurunya. "Anak-anak menaiki Gunung Temulawak yang cukup tinggi. Terletak di sebelah selatan dusun," kata Warisna, yang juga merupakan Kepala Dusun Petir B, saat dihubungi.
Warisna menceritakan, Alodia harus berjalan kaki sekitar 250 meter untuk sampai di kaki bukit. Lalu, setelah beberapa temannya kumpul, mereka bersama-sama menaiki bukit. Menurut Warisna, kondisi tersebut sudah dilakukan Alodia dan teman-temannya selama lebih dari satu bulan. Penjelasan kepala desa Kepala Desa Petir, Sarju, menjelaskan, desanya terletak di perbukitan karst. Hal ini diduga membuat adanya beberapa blank spot sinyal. Salah satu wilayah yang mengalami blank spot itu adalah Dusun Petir B. Hal itu membuat buruknya sinyal seluler. Sejumlah wartawan pun sempat kesulitan saat hendak menghubungi Warisna. Sementara itu, Sarju menceritakan, saat ini belum semua penyedia jasa seluler beroperasi di wilayahnya. Akibatnya, setiap ada tugas, puluhan anak harus menyusuri jalan setapak ke atas bukit untuk mendapatkan sinyal yang bagus agar bisa tetap belajar. " Siswa harus naik bukit yang tinggi agar memperoleh sinyal,” katanya, saat dihubungi wartawan melalui sambungan telepon, Selasa (5/5/2020).
sumber : https://www.kompas.com/