Informasi terkait dexamethasone (deksametason) yang diklaim efektif untuk pengobatan Covid-19 menjadi perhatian banyak pihak.
Adapun kabar tersebut berembus ketika para peneliti dari tim Universitas Oxford melakukan uji coba penggunaan deksametason kepada ribuan pasien positif Covid.
Hasilnya, temuan mereka menunjukkan bahwa deksametason berhasil mengurangi risiko kematian pada pasien Covid-19 dengan kondisi parah.
Sementara itu, tidak hanya dexamethasone, semenjak Covid-19 muncul dan merebak di dunia pada akhir 2019, sejumlah pakar dan tenaga medis melakukan berbagai upaya melawan virus yang menyerang saluran pernapasan ini.
Adapun tindakan yang ditempuh yakni melakukan perawatan pasien hingga mencari vaksin yang tepat untuk menyembuhkan pasien Covid-19.
Berikut obat yang diklaim dapat menyembuhkan virus corona:
1. Avigan
Pada Maret 2020, muncul kabar bahwa obat generik favipiravir dengan merek Avigan dinyatakan efektif mengobati pasien Covid-19.
Avigan ini dibuat secara khusus untuk mengobati tubuh dari virus RNA, termasuk SARS-CoV-2.
Obat ini digadang-gadang dapat menghentikan beberapa virus dari replikasi dengan melumpuhkan enzim yang disebut RNA polimerase, yang membangun RNA.
Tanpa enzim utuh, virus tidak dapat menggandakan materi genetiknya secara efisien sekali di dalam sel inang.
Tetapi, obat ini rupanya kurang efektif bagi pasien dengan kondisi penyakit berat. Selain itu, penggunaan Avigan juga memiliki serangkaian efek samping yang tidak mudah untuk diaplikasikan kepada pasien Covid-19.
2. Remdesivir
Selain itu, obat lain yang diklaim dapat dijadikan vaksin untuk Covid-19 yakni remdesivir.
Penasehat kesehatan Gedung Putih Dr Anthony Fauci mengungkapkan, uji coba remdesivir yang dilakukan oleh National Institue of Allergy and Infectious Disease (NIAID) menunjukkan kabar baik dan sempat dikabarkan akan menjadi standar perawatan baru untuk pasien Covid-19 di AS.
Diketahui, rendesivir awalnya dikembangkan oleh Gilead, perusahaan farmasi besar di AS, untuk mengobati pasien Ebola.
Kemudian, obat tersebut diujicoba untuk mengobati pasien Covid-19 dan hasilnya mereka membaik setelah diobati dengan remdesivir.
Percobaan pun berlanjut hingga para ilmuwan mencoba obat ini dengan diujikan ke tikus dan kelelawar yang terinfeksi virus corona, termasuk MERS dan SARS.
Hasilnya, remdesivir dikombinasikan dengan senyawa HC yang dapat melawan virus.
Dari percobaan ini, remdesivir dan NHC tampaknya mampu menghalangi replikasi virus dengan mengganggu kemampuan mereka dalam melakukan mutasi genetik.
Di sisi lain, obat itu dianggap akan efektif jika diterapkan pada pasien virus corona.
3. Klorokuin
Kemudian, muncul jenis obat lainnya yang diklaim dapat mengobati tubuh dari infeksi virus corona yakni chloroquine atau klorokuin.
Klorokuin merupakan senyawa sintetis yang dikembangkan pada 1934 untuk mencegah dan mengobati malaria.
Obat ini juga dikenal sebagai klorokuin fosfat, obat yang dapat menghentikan parasit Plasmodium dari tumbuh dan berkembang biak.
Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganggap klorokuin sebagai obat esensial dalam pengendalian malaria di seluruh dunia.
WHO pun membatasi penggunaan obat ini dengan mempertimbangkan efek samping dari penggunaan klorokuin, seperti sakit kepala, sakit perut, mengantuk, muntah, bahkan risiko kematian.
4. Hidroksilklorokuin
Selanjutnya, obat yang juga dikabarkan dapat mengobati Covid-19 baru-baru ini yakni hydroxyhloroquine atau hidroksiklorokuin.
Obat ini menjadi polemik, lantaran penggunaannya didukung oleh Presiden AS Donald Trump, namun sejumlah negara di Eropa menghentikan uji cobanya terkait efek samping yang berisiko.
Hidroksiklorokuin adalah obat berbentuk tablet oral yang diberikan berdasarkan resp dokter.
Umumnya, penggunaan hidroksiklorokuin sebagai bagian dari terapi.
Efek samping dari penggunaan obat ini antara lain, sakit kepala, pusing, diare, kram perut, dan muntak.
Tetapi ada juga efek samping yang serius yakni pembengkakan cepat pada kulit, gatal-gatal, sakit tenggorokan, hipoglikemia berat, pendarahan atau memar, warna kulit biru-hitam, kelemahan otor, rambut rontok, perubahan suasana hati, dan efek kesehatan mental.