Muncul pertanyaan dari DM Instagramnya perihal suami yang tidak bantu istri. Fahri menjawab dengan kisah pengalamannya menjadi suami.
Setelah unggahannya viral, Fahri mendapat DM pertanyaan dari salah satu followernya. Ia adalah seorang ibu rumah tangga yang berkisah tentang suaminya.
Fahri mengunggah dalam akun instagramnya. Sebagai pengingat kepada warganet, ia berharap agar tidak judging / nge-gas menyalahkan pihak suami atau istri.
Pertanyaan Sensitif
Oleh sebab itu dia memberi judul pertanyaan sensitif dan berharap tanggapan warganet tetap sopan.
Saat ini suami saya benar-benar tidak pernah membantu pekerjaan di rumah. Suatu hari ketika saya merasa lelah, saya pernah minta bantuan suami (tentunya di hari libur).
Tapi jawaban dia : "kalo gitu kamu bisa gak bantu kerjaan kantor saya? Di hari kerja kan saya capek banget, jadi di hari libur biarkan saya istirahat, kalo kamu mau dibantu yaudah kita tukar posisi saja gimana? Kamu cari uang, saya urus rumah?
Terakhir, dia menanyakan kepada Fahri punya masukan atau tidak atas masalah tersebut. Namun dengan sopan, Fahri meminta maaf dan khawatir salah dalam menjawabnya.
Alih-alih menjawabnya, Fahri lebih ingin membahas mengenai alasannya dibalik unggahan 'Suami Jangan Pernah Bantuin Istri Ya'
Kisah Pengalaman Fahri
Cerita Penyesalan 1
Tahun 2016, karena malas pulang pergi kerja Bekasi-PondokPindang (1,5 jam naik motor, PP 3 jam), saya putusin untuk ngontrak.
Standar kontrakan 1-jtaan di Jakarta Selatan. Alasannya karena lebih dekat dan nanti bisa pulang cepat. Gak capek karena PP.
Tapi sama saja. Beberapa bulan pertama malah sering pulang malam karena keasikan kerja. Bahkan bisa pulang jam 8/9 malam. Padahal 5 menit kontrakan ke kantor.
(Padahal istri di rumah jagain anak, belum punya tetangga, tempatnya sempit, ngurus rumah, dll. Ibu2 pasti yang lebih paham)
Sampai kurus dia waktu itu. (Allah, sedih kalau ingat ini egois)
Dia gak pernah ngeluh, gak cerita juga ke keluarga, karena ini masalah rumah yang harus diselesaikan sendiri (makanya saya ga mau jawab curhat mba yang di DM)
Sampai suatu hari, kita ngobrol dan saya sadar banyak salah.
Abis itu ya pelan-pelan perbaiki diri, lebih perhatian ke hal-hal kecil, dll.
Abis itu ya pelan-pelan perbaiki diri, lebih perhatian ke hal-hal kecil, dll.
Karena kejadian ini, kalau lagi capek kerja dan harus kerjain yang lain di rumah, selalu bayangin semua pengorbanan dia ngurus keluarga.
Kenapa si cerita ini? Biar kesalahan saya ga diulangi suami baru.
Yakin deh teman-teman, kalau istri bahagia, anak-anak lebih senang, suasana rumaha lebih happy juga. Inshaallahh rejeki juga makin berkah.
Di akhir, Fahri kembali menegaskan bahwa ia tak bisa menjawab permasalahan rumah tangga yang dialami oleh mbak-mbak yang DM itu.
Namun ia menyarankannya dan semua wanita yang mengalaminya untuk sering menceritakan kisah-kisah pembelajaran rumah tangga orang lain.
Khususnya perihal 'suami tobat' seperti Fahri. Mungkin dengan jalan itu, suami tidak merasa digurui sehingga bisa lebih mudah menerima pandangan orang lain.
Komunikasi dan Saling Terbuka
Dari pengalaman yang dialami oleh Fahri, kita dapat ambil pelajaran, bahwa komunikasi dan saling keterbukaan pada pasangan itu sangat penting.
Bahkan komunikasi menjadi fondasi penting dalam langggeng dan harmonisnya keluarga. Inshaallah masalah sesulit dan serumit apapun jika dikomunikasikan dan dicari jalan keluarnya bersama akan terlihat lebih mudah.
Inilah salah satu ujian dan tantangan bagi orang-orang yang berkeluarga. Semoga ayah dan bunda bisa menghadapinya dengan baik.