Ketika terjadi gerhana, Rasulullah SAW menganjurkan untuk bersegera melaksanakan shalat gerhana dan memperbanyak ibadah lainnya. Seperti dzikir, takbir, dan berdoa kepada Allah SWT.
Dilansir dari Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di situs resminya, pada Selasa (16/6/2020), Indonesia akan mengalami gerhana matahari pada Minggu, 21 Juni 2020.
Gerhana matahari adalah peristiwa terhalangnya cahaya matahari oleh bulan sehingga tidak semuanya sampai ke bumi.
Fenomena ini terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi tepat satu garis dan pada saat itu piringan bulan yang nampak dari bumi lebih kecil daripada piringan matahari.
Saat gerhana terjadi, matahari seperti cincin, yaitu gelap di bagian tengahnya dan terang di bagian pinggirnya. Meski begitu, tidak semua wilayah Indonesia akan bisa mengamati fenomena ini.
"Gerhana matahari cincin 21 Juni 2020 yang dapat diamati di Indonesia berupa gerhana matahari sebagian, kecuali di sebagian besar Jawa dan sebagian kecil Sumatera bagian selatan," kata BMKG dalam keterangannya.
Anjuran untuk Laksanakan Shalat Gerhana
Saat terjadi gerhana, Rasulullah SAW menganjurkan untuk bersegera melaksanakan shalat. Hal ini sebagaimana hadist berikut ini:
Rasulullah SAW bersabda,
فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَافْزَعُوا إِلَى الصَّلاَةِ
”Jika kalian melihat gerhana tersebut (matahari atau bulan) , maka bersegeralah untuk melaksanakan shalat.” (HR. Bukhari)
Waktu pelaksanaan shalat gerhana adalah saat gerhana muncul sampai gerhana tersebut hilang.
Dengan adanya peristiwa tersebut, umat Islam pun dianjurkan untuk melaksanakan salat sunah gerhana/salat Kusuf.
Pelaksanaan salat gerhana diawali berniat melaksanakan shalat gerhana di dalam hati hingga salam, dilanjutkan khutbah.
Lalu, bagaimana tata cara menegakkan salat gerhana/salat Kusuf?
Tata Cara Shalat Gerhana/Shalat Kusuf
Berikut tata cara melaksanakan shalat gerhana dari Kemenag:
a. Berniat di dalam hati melaksanakan shalat gerhana baik menjadi imam atau makmum
Bacaan niat shalat gerhana:
أُصَلِّيْ سُنَّةً لِكُسُوْفِ الشَّمْسِ / لِخُسُوْفِ الْقَمَرِ اِمَامًا / مَأْمُوْمًا لِلّهِ تَعَالَى
b. Takbiratul ihram, yaitu bertakbir sebagaimana salat biasa
c. Membaca doa iftitah dan berta'awudz kemudian membaca surat Al Fatihah dilanjutkan dengan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) dengan mengeraskan suara
Sebagaimana terdapat dalam hadits Aisyah: “Nabi Saw. menjaharkan (mengeraskan) bacaannya ketika shalat gerhana.” (HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901).
d. Kemudian ruku yang lebih lama;
e. Kemudian bangkit dari ruku (i’tidal);
f. Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama;
g. Kemudian ruku kembali (ruku kedua) yang lamanya lebih singkat dari ruku sebelumnya;
h. Lalu, bangkit dari ruku (i’tidal);
i. Sujud yang panjangnya sebagaimana ruku, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali;
j. Selanjutnya, bangkit dari sujud lalu mengerjakan rakaat kedua sebagaimana rakaat pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya;
k. Salam
Selepas salat gerhana, imam akan menyampaikan khutbah kepada jemaah. Isinya dapat mengenai anjuran kepada jamaah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.
Apakah shalat gerhana hanya bisa dilakukan dengan berjamaah dan di masjid?
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin menjelaskan bahwa shalat gerhana secara jama’ah bukanlah syarat wajib. Jika seseorang berada di rumah, ia juga diperbolehkan untuk melaksanakan shalat gerhana di rumah.
Hal ini berpijak dari dalil berikut
فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا
”Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka shalatlah” (HR. Bukhari)
Dalam hadits ini, Rasulullah SAW tidak mengatakan "(Jika kalian melihatnya), shalatlah kalian di masjid.”
Oleh sebab itu, hal ini menunjukkan bahwa shalat gerhana diperintahkan untuk dikerjakan walaupun seseorang melakukan shalat tersebut sendirian.
Namun, tidak diragukan lagi bahwa menunaikan shalat tersebut secara berjama’ah tentu saja lebih utama (afdhol). Bahkan lebih utama jika shalat tersebut dilaksanakan di masjid karena Nabi SAW mengerjakan shalat tersebut di masjid dan mengajak para sahabat untuk melaksanakannya di masjid.
Beliau juga mengingatkan, dengan banyaknya jama’ah akan lebih menambah kekhusu’an. Dan banyaknya jama’ah juga adalah sebab terkabulnya doa.
Anjuran Perbanyak Ibadah
Selain melaksanakan shalat gerhana, umat Islam juga dianjurkan untuk memperbanyak dzikir, istighfar, takbir, sedekah dan bentuk ketaatan lainnya.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
"Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah." (HR. Bukhari)
Nah itu dia panduan lengkap untuk shalat gerhana, semoga bisa menjadi pengingat untuk amalkan anjuran Rasulullah SAW tersebut.