"Lebih baik saya berdosa hanya satu kali lagi, dari pada tiap hari melakukan kebohongan hanya karena terpaksa," tulis sang kades dalam surat wasiatnya. Ia juga meminta agar anak-anaknya menyayangi ibunya
Kabar mengejutkan datang dari Sulawesi Barat, dikabarkan ada seorang kepala desa yang ditemukan bunuh diri.
Padahal sudah minta izin tinggalkan rumah untuk bagikan BLT (Bantuan Langsung Tunai) kepada warganya. Namun kemudian ia ditemukan tewas setelah gantung diri di pohon kopi.
Saat ini kasus tersebut telah ditangani pihak kepolisian.
Dibalik kematiannya terkuak berbagai fakta yang mengejutkan. Kepala Desa Buangin, Kecamatan Rentebulahan Timur, Kabupaten Mamasa, Sulbar diketahui meninggal gantung diri, pada Senin (27/7/2020) pagi tadi.
Dari kejadian tersebut, ada yang menduga Kades Buangin, Pelipus meninggal karena depresi terhadap berbagai persoalan yang dihadapinya. Namun alasan tersebut terbantahkan setelah Pelipus dilakukan mediasi beberapa hari lalu.
Sebelum kematiannya ternyata Pelipus sempat menuliskan pesan kepada keluarganya melalui surat yang ditemukan oleh kerabatnya yang juga aparat di desanya bernama Gunawan di dalam lemari milik Pelipus.
Berikut fakta-faktanya termasuk keterangan resmi menjadi penyebab kematian Pelipus:
Tinggalkan Surat Wasiat untuk Keluarga
Berikut isi surat Pelipus kepada keluarganya;
"Pesan-pesan saya buat keluarga, kiranya apa yang terjadi pada saat ini tidak mempengaruhi hubungan atau tekanan keluarga.
Untuk istri tercinta (Elsi) jaga baik-baik Arga sama Dirga, sekolahkan dengan baik, maafkan aku yang belum bisa membahagiakan.
Buat ananda Arga/Dirga, sekolah yang baik agar tidak mengulang apa yang dilakukan bapak kalian, jangan sekali-kali masuk jalur politik karena tidak sesuai dengan ajaran agama kita.
Kalau kalian sudah besar nanti, jaga baik-baik ibu kalian kasihi dan sayangilah, maafkan saya, saya melakukan semuanya ini dengan sangat terpaksa karena lebih baik saya berdosa hanya satu kali lagi, dari pada tiap hari melakukan kebohongan hanya karena terpaksa.
Selamat tinggal semuanya, aku akan pergi untuk selamanya. Harapan saya semoga desa saya, daerah yang saya cintai lebih maju dan masyarakat akan sejahtera.
Sekali lagi, bagi semua masyarakat saya, mohon maaf yang sebesar-besarnya atas perbuatan saya selama ini yang kurang berkenan di hati saudara-saudaraku.
Terima kasih atas dukungannya selama saya menjalankan pemerintahan saya, kiranya Tuhan mengampuni akan semua kesalahan yang terjadi selama ini dan tidak akan menjadi batu sandungan bagi pemimpin seluruh lapisan masyarakat untuk membangun kampung tercinta ini," tulis Pelipus.
Kematiannya Murni karena Bunuh Diri
Kepala Desa Buangin, Kecamatan Rante Bulahan Timur, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat Pelipus dinyatakan meninggal karena bunuh diri dengan cara gantung diri.
Hal itu setelah pihak Puskesmas Rantebulahan Timur melakukan pemeriksaan pada tubuh Pelipus.
Pelipus yang ditemukan tewas tergantung di pohon kopi di Dusun Buangin, Senin (27/7/2020) pagi tadi disimpulkan karena murni gantung diri.
Kesimpulan tersebut berpijak dari tak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban setelah dilakukan pemeriksaan oleh pihak medis.
Kepala Puskesmas Rentebulahan Timur, Endang Hartini juga menjelaskan setelah memeriksa tubuh Pelipus, dia tidak menemukan tanda kekerasan selain jerat tali di lehernya.
"Tidak ada tanda-tanda kekerasan, artinya semuanya normal dan murni gantung diri," ujar Endang sore tadi.
Biasanya orang yang gantung diri lidahnya menjulur ke luar. Namun pada kondisi Pelipus, Endang mengaku tidak melihat hal itu. Meski begitu, Endang tetap memastikan Pelipus tewas akibat gantung diri.
Sejalan dengan pernyataan itu, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Mamasa, Iptu Dedi Yulianto menerangkan, berdasarkan fakta-fakta dilapangan, disimpulkan kematian Pelipus murni karena bunuh diri.
"Sesuai yang kita lihat dan disaksikan sejumlah pihak, kepala desa ini meninggal murni karena gantung diri," terang Dedi keada wartawan.
Seutas Kabel Mikrofon di Pohon Kopi
Tak disangka insiden ini bisa terjadi, sebab Kepala Desa Buangin, Pelipus rencananya akan menyalurkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) tahap ketiga. Tapi sebelum menunaikannya, ia justru ditemukan dalam keadaan tewas tergantung dengan seutas kabel mikrofon.
Sebelum ditemukan tewas gantung diri, Pelipus rencananya akan melakukan penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) di Kantor Desa, di Dusun Buangin untuk warga.
Pelipus meninggalkan rumah berboncengan dengan keponakannya yang bernama Alber. Saat di jalan menuju kantor desa, Pelipus meminta turun disalah satu jembatan dengan alasan hendak buang air besar.
Pelipus lalu menyuruh Alber, keponakannya, untuk melanjutkan perjalanan ke kantor desa.
Sejumlah warga di kantor desa, tampak menunggu kehadiran kades. Tak hanya warga, camat Rantebulahan Timur juga menunggu kehadiran sang kepala desa.
Namun Pelipus yang ditunggu, tak kunjung tiba, pihak camat merasa resah hingga akhirnya menyuruh warga mencari Pelipus.
Beberapa saat kemudian, Pelipus ditemukan sudah tak bernyawa tergantung di pohon kopi. Pelipus pertama kali ditemukan Teopilus sekira pukul 10.00 Wita.
"Pertama kali saya temukan, saya langsung kaget. Tapi saya tidak langsung sentuh. Saya kembali melaporkan ke camat," ujarnya
Sebelum ditemukan tewas tergantung, sejumlah sumber menyebut bahwa Pelipus membawa sebuah tas berisi uang Rp 24 juta untuk disalurkan kepada warganya.
Namun sumber lain menyebutkan bahwa Pelipus pergi tanpa membawa tas apapun. "Saya tidak lihat tasnya, yang ada itu saya punya tas yang saya taruh di depan," ujar Alber.
Pesan untuk Camat
Beberapa hari yang lalu, Camat Rantebulahan Timur, Elim Tupa'langi mengaku juga mendapatkan pesan dari Pelipus. Sebelum meninggal Pelipus berpesan bahwa setelah persoalan di desanya tuntas, ia berniat membangun Desa Buangin dengan niat yang tulus.
"Setelah dimediasi dengan mahasiswa dua hari yang lalu, dia sepakat membangun Desa Buangin," kata Camat.
Fakta lain dibalik meninggalnya Pelipus terkuak sederet pesan terhadap keluarganya melalui secarik kertas dengan tulisan. Pelipus memiliki dua orang anak laki-laki dari pernikahannya dengan Elsi.
Dalam surat yang ia tulis sebelum meninggal, Pelipus berpesan kepada istrinya untuk menjaga dan membimbing kedua anaknya dengan baik.
"Jangan sekali-kali masuk jalur politik karena tidak sesuai dengan ajaran agama kita" ujar dalam suratnya.
"Kalau kalian sudah besar nanti, jaga baik-baik ibu kalian, kasihi dan sayangilah," pinta pelipus kepada buah hatinya.
Itulah fakta-fakta meninggalnya sang kades. Semoga keluarga diberikan ketabahan dan keikhlasan atas kepergihan Pelipus.
Disclaimer : Berita atau artikel ini tidak bertujuan menginspirasi tindakan bunuh diri.