Masyaallah, dikenal sebagai pejuang dan sosok alim
Inilah kisah semasa hidup marbot Masjid Mbah Soewardi yang membuat kagum banyak orang. Diceritakan juga amalan kebaikan yang beliau lakukan mengenai perjuangan saat masa penjajahan hingga amal ibadahnya.
Tak diduga, jasad Mbah Soewardi, seorang marbot masjid di Banyuwangi dalam kondisi utuh walau sudah dimakamkan 30 tahun.
Ternyata sang marbot warga Dusun Truko, Desa Karangsari, Kecamatan Sempu, juga merupakan seorang pejuang kemerdekaan.
Semasa hidupnya, Mbah Soewardi selalu menjadi pasukan terdepan menentang aksi massa komunis yang brutal.
Dia juga termasuk sosok yang paling getol melawan komunis. Tak hanya itu, Mbah Soewardi juga istiqomah dalam membaca Al-Quran dan ayat Nurbuat semasa hidupnya.
Amalan Mbah Soewardi Semasa Hidup
Suhaili selaku juru makam setempat, juga membagikan kisah semasa hidup Mbah Soewardi saat membongkar dan memindahkan jasad mbah Soewardi.
Baginya, Mbah Soewardi adalah sosok yang taat beribadah dan sangat istiqomah dalam membaca Al-Qur'an. Selain itu diketahui pula bahwa beliau juga istiqomah membaca doa Nurbuat.
"Mbah Soewardi dulunya sering ke masjid. Beliau juga sebagai kepala dusun yang baik. Setiap harinya selalu membaca Al-Quran dan doa-doa Nurbuat," katanya kepada detikcom, Senin (21/12/2020).
Suhaili mengungkapkan, saaat pembongkaran makan, jasad beliau masih utuh dan bahkan mengeluarkan aroma wangi.
Selain itu, rambut ataupun tulang masih utuh dan tidak terputus dari persendiannya yang membuat banyak orang terkejut.
"Tidak ada bau bacin (busuk). Harum samar, seperti aroma kembang (bunga). Tulang-tulang masih menempel dan kulitnya mengering. Semuanya utuh dalam posisi tangan sedekap (Posisi tangan orang salat)," kata Suhaili.
Fenomena jasad utuh ini, jelas Suhaili, diduga karena amal ibadah yang dilakukan Mbah Soewardi semasa hidupnya dahulu.
Saat itu Mbah Soewardi selain aktif menjadi marbot masjid, ia juga dikenal sosok sebagai sosok yang alim dan taat beribadah.
"Beliaunya dulu memang dikenal alim, baik dan taat beribadah. Semoga, seluruh amalnya diterima di sisi Allah SWT," doanya.
Suhaili yang saat ini sudah berusia 72 tahun mengaku sebelum membongkar makam, dirinya mendapat mandat dan amanah dari cucu Mbah Soewardi untuk menggelar "selametan".
Hal ini diakui sebagai salah satu syarat sebelum pembongkaran makam. Yakni prosesi membaca doa bersama juga dilakukan sehari sebelum pembongkaran dan membaca surat Yasin sejumlah 100 kali.
"Saya diberikan mandat oleh keluarga membongkar makam dan sebelum gali kubur itu dibacakan Yasin 100 kali. Juga acara selamatan. Semua harus sesuai adat, biar prosesnya tidak ngawur," tandas Suhaili.
Kesaksian Sang Cucu
Salah seorang cucu Mbah Soewardi, Dedi Utomo mengungkapkan dirinya sempat kaget dengan kejadian tersebut.
Lantaran saat jenazah hendak diangkat dari liang lahat, kondisi jasad masih utuh.
"30 Tahun sudah kakek saya meninggal. Saya sempet kaget saat dibongkar karena masih utuh jenazahnya. Mungkin amalan dan kegiatan ibadah beliau yang membuat seperti ini. Tidak ada bau sama sekali. Hanya saja warna kain kafan yang kecoklatan, tapi tidak ada yang robek sama sekal," ujarnya.
Setelah dibongkar, jasad Mbah Soewardi kemudian dilapisi dengan kain kafan baru agar selanjutnya bisa dimakamkan di pemakaman umum setempat. Serta bisa berkumpul dengan istri dan anak-anaknya.
Masyaallah, semoga beliau ditempatkan di sisi yang mulia oleh Allah SWT. Dan semoga kita semua bisa termasuk golongan orang yang diselamatkan dari api neraka. Aamiin ya robbal alamiin.