Mulanya Alpin sangat mengagumi Syekh Ali Jaber
Perbincangan dengan Alpin, pelaku penusukan Syekh Ali Jaber akhirnya mengungkap motinya melakukan aksi tersebut. Disebutkan ada seseorang yang memengaruhinya dan tekanan ekonomi serta kondisi keluarga yang tidak utuh.
Sebuah fakta baru terungkap mengenai motif penusukan Syekh Ali Jaber yang terjadi belum lama ini.
Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Ken Setiawan akhirnya berkesempatan berbincang-bincang dengan Alpin Adrian pelaku penusukan Syekh Ali Jaber.
Dari perbincangan tersebut terungkap penyebab Alpin Adrian nekat melakukan percobaan pembunuhan kepada Syekh Ali Jaber yang berujung pada penusukan di bagian lengannya.
Pengagum Syekh Ali Jaber
Padahal diakui Alpin Adrian, ia dulunya adalah salah satu pengagum atau fans dari Syekh Ali Jaber.
Bahkan sebelum terkenal, Alpin mengaku sering menonton dakwah yang menampilkan Syekh Ali Jaber.
"Padahal jauh sebelum terkenal, Alpin itu sosok yang mengagumi Ali Jaber," tutur Ken dilansir dari Tribunnews.com, Selasa (22/9/2020)
Namun sayang, setelah bertemu dengan seseorang, rasa kekaguman Alpin kepada Syekh Ali Jaber berubah jadi kebencian yang teramat dalam.
Seseorang inilah yang membuat Alpin terpengaruh menggunakan media sosial dengan tidak benar.
"Dia sempat menonton tayangan-tayangan Ali Jaber, sebelum tenar," sambung Ken.
Terpengaruh Media Sosial
Alpin memiliki kebencian yang besar, karena terpengaruh media sosial. Ia seringkali pergi ke warnet dan menonton tayangan-tayangan mengenai timur tengah.Terutama terkait tayangan-tayangan yang menyudutkan timur tengah.
"Ditambah Dia (Alpin) latar belakang keluarga broken home, keluarganya pisah, akhirnya dia nonton di warnet. Di situ dia ketemu seseorang yang memberikan informasi tentang tayangan-tayangan timur tengah," imbuh Ken.
Hingga Alpin memiliki kebencian yang begitu besar terkait segala hal yang ada hubungannya dengan timur tengah.
Termasuk kekagumannya terhadap kepada Syekh Ali Jaber, yang akhirnya berubah menjadi kebencian.
"Dia mulai berpikir, oh ternyata orang timur tengah jahat-jahat, sadis-sadis. Karena dia secara agama tidak kuat. Dari tadinya menyukai akhirnya kayak takut, 'Ngeri sekali berarti orang timur tengah'," imbuh Ken.
Ken mengatakan Alpin berbicara dengan cukup lancar. Tak ada tanda-tanda tidak waras atau kondisi kejiwaan yang tidak stabil. Sebab, Ken masih bisa menjawab pertanyaan sesuai dengan konteks pembahasan.
Pernah Belajar Pencak Silat
"Dan tadi aku tanya, kamu kok pegang pisaunya bagus banget kayak orang terlatih. Dia mengakui pernah belajar pencak silat," kata Ken.
Ken berpandangan, sosok Alpin seperti dalam kondisi tertekan. Ditambah kedua orang tuanya memang telah bercerai.
Ken yang telah berpengalaman berbincang dengan kelompok radikal ini, melihat sosok Alpin tidak berafiliasi dengan kelompok radikal manapun.
"Dia masalah keluarga, ekonomi tidak mampu, secara agama dia salat saja tidak bisa. Jadi kalau saya melihat ini lone wolf, dia melakukan sendiri, tunggal, tidak berafiliasi dengan kelompok manapun. Karena tayangan-tayangan dia akhirnya dari suka, menjadi tidak suka," tutur Ken.
Ia menegaskan kembali bahwa Alpin terpengaruh dari media sosial. Terprovokasi di media sosial bahwa Pemerintah Indonesia tidak adil, serta banyak koruptor yang dibiarkan.
Ada Tekanan Kondisi Ekonomi dan Keluarga
Kondisi tersebut diperparah dengan tekanan karena orang tua yang berpisah. Ditambah lagi dengan pengaruh tayangan-tayangan yang menyudutkan timur tengah.
"Dia korban di internet, latar belakangnya adalah keluarga yang tidak harmonis. Dia bukan gila, tapi dia orang yang psikopat.
"Dia menyendiri, dia punya dunianya sendiri, punya pemikiran yang berbeda dengan umumnya. Sehingga dia melakukan hal-hal di luar nalar," ucap Ken.
Ken menjelaskan bahwa Alpin berasal dari keluarga dengan ekonomi yang pas-pasan. Ibunya bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita di Hongkong. Sementara Alpin sendiri belum menikah.
Alpin Bertemu dengan Seseorang
"Dia tinggal di rumah sempit, satu rumah dihuni banyak keluarga. Kadang-kadang temperamen, marah, anak broken home. Punya waktu sela, dia punya duit ke warnet, main medsos, main game.
"Dan di situ dia ketemu seseorang. Siapa orang yang menunjukan, katanya dia tidak kenal, cuma ngasih lihat sesekali, terus tertarik sendiri," kata dia.
Ken menilai Alpin sebagai korban internet. Alpin melihat tayangan-tayangan timur tengah tanpa mengetahui akar permasalahan dan mencerna sendiri tanpa meminta bantuan orang lain.
Ken menilai juga, Alpin terpengaruh dengan tayangan-tayangan ISIS.
"Perhatian bagi masyarakat umum, jangan tonton tayangan-tayangan yang sebenarnya kita tidak memahami sendiri. Kita bisa terpapar. Walaupun kita tidak berafiliasi dengan kelompok manapun," ujar Ken.
Profil Ken Setiawan
Ken Setiawan, pria asal Kebumen, Jawa Tengah yang berbincang dengan Alpin ialah seorang yang pernah terpapar paham radikalisme dan menjadi anggota Negara Islam Indonesia (NII) selama 3 tahun.
Dalam rentang waktu tersebut, Ken bahkan pernah didaulat sebagai perekrut terbaik. Ratusan orang berhasil ia rekrut dan bergabung dengan kelompok radikal tersebut.
Setelah mengikuti organisasi radikal tersebut, ia kemudian melihat ada yang tak beres. Banyak sekali penyimpangan agama yang dilakukan kelompok tersebut.
Seperti mengubah kalimat syahadat hingga membagi dua waktu sholat menjadi ritual dan universal.
Setelah ia keluar dari kelompok radikal tersebut, ia mendirikan NII Crisis Center untuk memberantas dan melawan radikalisme.
Hal ini juga ia lakukan sebagai penebusan dosa atas perbuatannya yang dulu sempat merekrut banyak orang untuk masuk dalam pemahaman radikalisme.
Ia menilai pemahaman radikalisme tersebut sangat berbahaya sebab bisa merusak norma agama, norma sosial dan bahkan berdampak pada kedaulatan NKRI di masa depan.