Sebuah video seorang polisi menyerukan akan menembak sejumlah mahasiswa Papua yang berada di Mapolresta Malang Jawa Timur, viral di media sosial.
Dalam tayangan video tersebut, seorang kepala kesatuan polisi setempat mengancam para mahasiswa Papua.
"Jika kamu masuk batas, halal darahnya, tembak. Halal darahnya, tembak. Kamu masuk pagar ini, kamu halal darahnya," demikian suara yang terdengar dalam dalam video yang beredar tersebut di media sosial, Selasa (9/3).
Salah satu akun yang membagikan video tersebut adalah akun milik aktivis Papua Veronica Koman, @VeronicaKoman.
Sekretaris Jenderal Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) Malang, Fhen Suhuniap, saat dikonfirmasi membenarkan adanya video tersebut. Ia menyebut polisi yang meneriakkan ucapan itu diduga adalah Kapolresta Malang Kombes Pol Leonardus Simarmata.
"Iya benar, itu kata Kapolresta Malang," kata Fhen kepada CNNIndonesia.com, Selasa (9/3).
Hal itu, kata Fhen terjadi saat sejumlah mahasiswa yang tergabung di Aliansi Gerakan Perempuan Bersama Rakyat (Gempur) hendak menjenguk rekannya yang ditahan di Mapolresta Malang saat aksi Hari Perempuan Sedunia, Senin (8/3) malam.
Lantaran ingin menunjukkan aksi solidaritas, mereka pun bermaksud masuk ke markas. Namun baru sampai di gerbang halaman, mereka diadang kapolres dan pasukannya yang bersenjata lengkap.
"Kami itu untuk solidaritas, untuk kawan yang masih ditahan di dalam," ucap dia.
Di tengah upaya itulah, Fhen menyebut, Kapolresta Malang lalu diduga melontarkan ancaman ke arah mereka. Sang Kapolres memerintahkan kepada pasukannya, jika ada mahasiswa yang masuk ke mapolresta, maka darah orang itu halal untuk ditembak.
"Dia mengancam bila kita masuk satu langkah lewat pagar halaman kantor polisi, dia perintahkan kepada anggotanya untuk tembak, darah mereka [Mahasiswa Papua] halal," ujar dia.
Mahasiswa Memaksa Masuk
Dikonfirmasi terkait hal itu, Kapolresta Malang Kombes Leonardus Simamarta enggan memberikan respons. Sementara Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Gatot Repli Handoko mengatakan bahwa video itu telah dipotong dan tak utuh.
Gatot menyebut, ada perkataan Kapolresta Malang, yang sengaja dipotong oleh perekam dan pembuat video tersebut, sehingga konteks pernyataan jadi hilang dan tak utuh.
"Narasinya sebetulnya tidak begitu, itu sebetulnya hanya penggalan kalimat yang dipotong oleh yang membuat video, sengaja," kata Gatot.
Berdasarkan konfirmasi dari Kapolresta, Gatot mengatakan bahwa perkataan itu dilontarkan karena para Mahasiswa Papua memaksa masuk ke dalam area markas. Kapolres lalu mengingatkan agar hal itu tak dilakukan.
"Itu mereka [Mahasiswa Papua] mau bikin tenda mau masuk ke polres, memaksa. Dibilang jangan masuk ke polres, ini kan ada aturan hukumnya, mereka masih memaksa," pungkas dia.
sumber : cnnindonesia.com