Viral di media sosial sebuah video yang memperlihatkan kehidupan 4 bocah kakak beradik yang tinggal tanpa orang tua di sebuah rumah kontrakan.
Video tersebut diunggah di kanal Youtube milik Dedi Mulyadi pada 27 Oktober 2021 dan mendapat banyak atensi dari para warganet.
Dedi Mulyadi lantas menyapa 3 dari 4 kakak beradik itu. Ia bertanya tentang kehidupan mereka sehari-hari dan juga kekurangan apa yang mereka alami.
Bergantung pada bibi dan sepupu
Selama ditinggal oleh kedua orang tuanya, keempat anak itu menggantungkan hidup pada seorang bibi dan sepupu yang tinggal di dekat tempat tinggal mereka.
Sang sepupu yang bernama Hariyanti menjelaskan bahwa ia dan ibunyalah yang membiayai 4 anak itu mulai dari biaya makan hingga sewa kontrakan.
Namun karena terdampak pandemi, mereka kini tak mampu membayar suang sewa kontrakan 4 anak itu hingga harus menunggak selama 3 bulan.
Ayah ibu di luar daerah
Dari penjelasan yang disampaikan oleh Hariyanti, ayah dari anak-anak itu sudah tiga tahun berada di Kalimantan. Sedangkan sang ibu bekerja di Jakarta.
"Bapaknya kerja di Kalimantan, terakhir kasih nafkah setahun lalu. Ibunya kerja di Jakarta," ujcap wanita yang akrab disapa Yanti itu.
Yanti juga menjelaskan keadaan ekonominya saat ini yang sedang kurang stabil sehingga tak bisa membantu sepupu-sepupunya secara maksimal.
"Waktu itu masih ada biaya untuk anak-anak dari tabungan sisa kerja. Sekarang sudah habis karena saya sama ibu belum dapat kerja lagi. Makanya kontrakan mereka tidak terbayar sudah 3 bulan dan sekarang mau sekolah tatap muka belum ada untuk seragam," ucapnya.
Dibantu Kang Dedi
Kang Dedi lantas menawarkan sebuah pekerjaan untuk Hariyanti. Dengan demikian, ia bisa kembali mendapat penghasilan untuk menghidupi adik-adiknya itu.
"Untuk tetehnya (Yanti) mulai besok bisa bekerja di UMKM KDM Center membantu menjelaskan soal tata kelola keuangan berbasis digital. Jadi bulan depan sudah dapat gaji dan bisa bantu lagi anak-anak," ucap Dedi.
Selain itu, Kang Dedi juga membelikan beberapa kebutuhan anak-anak itu. Tak lupa, mereka mengajak mereka makan di kafe.
"Masalah sudah kelar, kakaknya (Yanti) sudah bisa kerja, adiknya bisa sekolah. Kita selesaikan masalah satu-satu dalam setiap waktu, tidak boleh menunda masalah karena nanti akan berkembang," ucapnya.
"Hidup adalah catatan kisah. Keprihatinan saat usia dini seringkali berubah kisah manis saat dewasa bagi mereka yang menafakurinya," pungkasnya.